Sukabumi (29/1/22) Memahami lanskep risiko bencana merupakan jantung dalam membangun ketahanan terhadap bencana. Karenanya Pengurangan Risiko Bencana (PRB) menjadi sangat penting dilakukan karena bencana adalah masalah yang komplek mulai dari lingkungan hingga pembangunan, kesiapan secara konvensional perlu namun belum lengkap dan menyeluruh, serta Pemaduan dan pengarusutamaan PRB dalam pengambilan keputusan dan kegiatan sehari hari memberikan kontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan.
Lantaran pertambahan penduduk dan peningkatan kepadatan, kota kabupaten utama di pulau Jawa bertransformasi menjadi kota. Diprakirakan proyeksi nya tinggal di urban area tahun 2045 sertinggi 45 % sementara dukungan sumber daya termasuk investasi nya masih minim untuk aspek PRB dasar dalam pembangunan. Pengelolaan air, sistem drainase dan limbah padat belum memadai, penurunan kualitas ekosistem dan kegiatan manusia yang mengancam lingkungan serta usia infrastruktur yg menua dan standar bangunan yang tidak aman menyebakan mengapa kota banyak menghadapi peningkatan risiko bencana.
Bencana versus pembangunan harus berjalan simultan artinya Pembangunan yang berlangsung harus berpotensi mampu mengurangi kerentanan dan pengelolaan Bencana yang dilakukan harus berpotensi memberi peluang pembangunan. Setiap pembangunan pengurangan risiko bencana yang dikeluarkan nantinya akan mampu memberikan nilai investasi sebesar tujuh rupiah untuk mengurangi nilai kerugian
Hal demikian merupakan inti paparan yang disampaikan BPBD kota Sukabumi pada acara Kuliah Pakar program sarjana Keperawatan dan Ners serta program diploma Stikes, berlangsung Sabtu (29/1/22) secara Daring bertemakan Pengelolaan Risiko Bencana dalam mewujudkan Ketangguhan Daerah.
Selain itu BPBD menambahkan untuk pengelolan risiko yang baik keniscayaan dibuat sistem data yang tersusun dengan baik sebagai perencanaan pembangunan di bidang bencana. Hingga saat ini BPBD telah menghimpun catatan indikasi bencana terjadi di Kota Sukabumi mulai dari 2013 – 2021. Tercatat rata rata kejadian tiap tahunnya 172 kali yang kecendrungan indikasi meningkat. Selama sembilan tahun terhimpun 1553 kejadian terjadi mulai kebakaran 247 kali, banjir 198 kali, tanah longsor 443 kali, puting beliung 120, gempa 103 dan cuaca ektrem 442. Sebaranya ada kecamatan Cikole (296) kali, Cibeureum (160) Citamiang (233) Gunung Puyuh (240) Warudoyong, (209) Lembursitu (175) Baris (139) dan terasa di 7 kecamatan (103) kali dan 15 kelurahan Tangguh Bencana yang ditetapkan.
Untuk menginsersi Ketangguhan Daerah dalam pembangunan menjadi hal yang penting dilakukan pentahelik. BPBD Kota Sukabumi menetapkan blue print nya dengan mematok kapasitas bencana daerah harus naik pont nya setiap tahun hingga 2023 ditarget 0,55 dengan 8 (delapan) indikasi prioritas mulai dari Perkuatan kebijakan dan kelembagaan, Pengkajian risiko dan perencanaan terpadu, Pengembangan sistem informasi Diklat dan logistik, Penanganan tematik kawasan rawan bencana, Peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana, Perkuatan kesiapsiagaan dan penanganan darurat hingga Pengembangan sistem pemulihan bencana.
Dalam penguatan ketangguhan ini tidak bisa dilakukan secara sendiri namun perlu keterlibatan multi pihak sepert Stikes dari akademisi yang berkutat di Tri Darma nya serta semua rekomendasi yang diterbitkan multi pihak harus wegerak agar akselerasi Ketanguhan tercapai Kota ku Renyah Kota ku Tangguh.
#PRB
#KRB