Sukabumi |11223| BPBD Kota Sukabumi memanfaatkan masa Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) tahun 2023 dengan mengajak mahasiswa berperan aktif tingkatkan kesadaran lingkungan (Darling) dengan cara menjaga alam sebagai langkah mitigasi risiko bencana. Pasalnya persoalan lingkungan dan bencana saling bertautan yang semakin mengkhawatirkan dihadapi akhir akhir ini.
” Ada empat tantangan dalam penanggulangan bencana di Indonesia termasuk tantangan yang tak terelakkan dihadapi Kota Sukabumi”, Ujar Zulkarnain Barhami, Kepala seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sukabumi di hadapan puluhan mahasiswa hukum di aula STH pada helatan PKKMB, Sabtu (11/2).
Zulkarnain menandaskan, tantangan pertama yang dihadapi saat ini adalah pemahaman masyarakat tentang ancaman bencana masih rendah sehingga kapasitas respons aparat & masyarakat masih perlu ditingkatkan. Kedua, pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, kemiskinan, kebutuhan lahan meningkat, eskploitasi lingkungan, sehingga pada gilirannya banyak masyarakat tinggal di kawasan rawan bencana. Berikutnya ancaman bencana yang semakin meningkat diikuti perubahan iklim, alih fungsi lahan dan kerusakan lingkungan yang tak terkendali merupakan tantangan ketiga, dan tantangan terakhir, menurut Zulkarnain, ketersediaan data dan informasi risiko bencana yang terbatas sehingga tidak dapat langsung diaplikasikan dalam kebijakan pembangunan.
Beragamnya tantangan tersebut, mahasiswa sebagai kawah candradimuka, harus bisa mengabdikan dirinya kepada masyarakat untuk mitigasi risiko. Tanpanya pencegahan dan pengurangan risiko bencana mustahil terwujudkan. “Bencana terjadi ketika bergabungnya bahaya dan kerentanan.Bahaya akan menjadi bencana apabila masyarakat kapasitas lebih rendah dibanding bahaya yang datang, atau kerentanan warga lebih tinggi dari bahaya. Semakin tinggi kerentanan seseorang atau komunitas, semakin besar risiko yang diterima”, jelas nya.
Zulkarnain lebih lanjut memaparkan bahaya sebagai suatu kondisi, secara alamiah maupun karena ulah manusia, yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia. Sedangkan kerentanan merupakan suatu kondisi dan atau suatu akibat keadaan faktor fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan yang berpengaruh buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan bencana. Sementara itu kapasitas adalah kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga dan masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi, siap-siaga, menanggapi dengan cepat atau segera pulih dari suatu kedaruratan dan bencana.
Luas kota Sukabumi,tambah Zulkarnain, kurang lebih 48 km2, geografis, geologis, hidrologis dan demografis memiliki kerawanan bencana , menurut IRBI BNPB (2021) multi ancaman pada level sedang. Sementara single hazard yang katagori timggi berupa gempa bumi, longsor, dan kekeringan. Cuaca ekstrem dan letusan gunung api katagori sedang. PERDA Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Kota Sukabumi nomor 7/2017 mengamanatkan semua elemen termasuk kampus dan pranatanya memiliki peran dama dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. PERDA RT RW Kota Sukabumi 2011-2031 menyebutkan kawasan rawan bencana kurang lebih seluas 49 % dari luas wilayah dan kawasan lindung seluas 1440 Ha.
Berdasarkan hasil pengolahan data BPBD, tahun 2022 tercatat di Kota Sukabumi terlaporkan sebanyak 225 kasus yang ini berarti secara rata-rata perbulan mencapai 21 kali peristiwa. Frekwensinya naik dibandingkan dengan tahun 2021 sebanyak 217 peristiwa. Jenis bencana yang mendominasi adalah Tanah Longsor 80 kali (35,56%), Cuaca Ekstrim 60 kali (26,67%), Banjir Genangan 40 kali (17,78%), Kebakaran 36 kali (16%), disusul Gempa Bumi 5 kali (2,22%). Terendah Angin Puting Beliung 4 kali (1,77%). Sedangkan frekuensi kejadian Gempabumi yang dirasakan di Kota Sukabumi terekam mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya. “Sepanjang tahun 2013-2022 laporan kejadian tanah longsor dan cuaca ekstrem trend-nya mengalami kenaikan”, Pungkas Zulkarnain.
Sementara itu salah satu dosen pendamping panitia penyelenggara yang tidak disebutkan namanya, menjelaskan PKKMB tahun akademik 2022/2023 diikuti sekitar 50 mahasiswa dari berbagai tingkatan. Dia berharap hadir nya BPBD di tengah mahasiswa secara langsung akan menstimulus kesigapan menjaga alam dan siaga bencana dari kalangan mahasiswanya. Ke depan, kegiatan terkait dengan upaya peningkatan kesiapsiagaan bencana itu bisa berjalan dengan rutin dan akan menjadi warna tersendiri dari setiap kegiatan kemanusiaan. “Lebih lebih kurikulum kampus merdeka mendirektif supaya setiap mahasiswa mampu menjadi praktisi yang mahir termasuk mahir mitigasi bidang kebencanaan” tuturnya.
#PKKMB
#11234
#Alamjagalam